Bisnis.com, SERPONG — Rencana Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk membangun fasilitas pengolahan sampah yang dapat dikonversi menjadi energi listrik memasuki tahap pertemuan perdana dengan konsorsium pemenang tender.
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan telah mengumumkan konsorsium IEH-CNTY sebagai pemenang tender proyek pelaksana pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengolah sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang.
Adapun konsorsium GPE-AKP-SUS ditetapkan sebagai pemenang cadangan.
Menurut Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Pilar Saga Ichsan, pertemuan perdana dengan konsorsium pemenang tender untuk menyelaraskan target dan mempercepat tahapan pembangunan.
"Kami rapat untuk menyatukan pikiran antara jajaran Pemkot Tangsel dengan konsorsium untuk menyukseskan proyek ini, karena setelah kemarin penyerahan SPPL [Surat Penunjukan Pemenang Lelang] ada tahapan-tahapan berikutnya, mudah-mudahan setelah ini kita langsung gerak cepat," ujar Pilar dikutip dari keterangan resmi Pemkot Tangsel, Sabtu (17/5/2025).
Pertemuan dengan konsorsium penggarap proyek PSEL dilaksanakan pada Kamis (15/5/2025). Tampak hadir dalam pertemuan dengan Pemkot Tangsel itu jajaran direksi PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) seperti Bobby Gafur Umar selaku Direktur Utama dan Tri Widjajanto Joedosastro, selaku direktur di OASA.
Baca Juga
Maharaksa Biru Energi melalui unit usahanya PT Indoplas Energi Hijau (IEH) bersama partner penyedia teknologi yaitu China Tianying Inc (CNTY) bakal membangun pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Cipeucang dengan nilai investasi Rp2,65 triliun.
Pilar Saga menuturkan PSEL merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan mulai beroperasi dalam waktu 3 tahun dan 7 bulan.
PSEL Tangsel akan dibangun di kawasan TPA Cipeucang dan diproyeksikan mampu mengolah 1.100 ton sampah per hari, terdiri dari 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama.
Teknologi yang digunakan berstandar Eropa, ramah lingkungan, tanpa bau, tanpa limbah, serta menghasilkan listrik sebesar 19,6 megawatt per jam.
Dia menuturkan, proyek trsebut juga menjawab tantangan pengelolaan sampah di Tangsel yang terus meningkat hingga 3,2% per tahun, lebih tinggi dari rata-rata nasional.
"Jadi kami juga mengantisipasi dalam beberapa tahun kemudian ini mungkin ada eskalasi, kami ada penambahan kapasitas kembali, tapi kita sudah hitung semuanya," katanya.
Adapun mengenai skema pembiayaan PSEL mengacu pada aturan Kementerian Keuangan dengan maksimum tipping fee Rp500.000 per ton. Namun, hasil kajian menyebutkan kebutuhan biaya pengolahan mencapai Rp529.000 per ton.
Skema pembagian antara pusat dan daerah akan difinalisasi usai studi kelayakan selesai.
Sebagai solusi jangka pendek sebelum PSEL beroperasi, Pemkot Tangsel juga telah menyiapkan lokasi pembuangan sementara di kawasan Cipeucang dan menjalin kerja sama pembuangan sampah dengan daerah lain seperti Pandeglang, Lebak, Tangerang, hingga wilayah Jawa Barat.